Share:Tweet. Cerita Dewasa Perawan Desa – Cerita ini berawal pada saat kami baru pindah mengisi rumah baru di kawasan Bogor Selatan, Pada saat itu kami baru mengisi rumah kurang-lebih satu bulan istriku mengeluh kesepian karena rumah sekitar kami masih banyak yang kosong dan harus mengurus dua anak lelaki kami yang memang sedang bandel

Salam dan selamat malam KC,Saya Ayen, ingin berkongsi satu cerita yang pernah terjadi pada keluarga saya di rumah lama kami di Cheras, KL. Pada awalnya pindah ke rumah tersebut, bermulalah kami sekeluarga membersihkan rumah yang bakal kami menginap. Sewaktu membersihkan rumah, kami dapati ada mainan kanak-kanak yang ditinggalkan. Ketika itu umur saya lima tahun. Mak saya rasa tidak sedap hati, lalu mak ambil keputusan untuk membuang saja mainan tersebut, tetapi biasalah ketika itu saya masih budak lagi, dengan harapan dapat bermain dengan mainan sekeluarga syak sebelum ini ada penghuni sebelum ini mempunyai anak kecil, tapi hairan kenapa ditinggalkan mainan tersebut. Kerana tak mahu mengusutkan fikiran, kami hanya fikir secara positif mungkin mereka orang berada dan tak perlukan mainan tersebut, ataupun anaknya pun sudah membesar. Nak dijadikan cerita, kami sering diganggu kelibat susuk kanak-kanak kecil di rumah ini. Seperti macam dah terbiasa adakala kami akan melihat kelibat kanak-kanak kecil berlari, kedengaran seperti kerusi ditarik, bunyi guli dijatuhkan di atas siling, namun kisah-kisah pendek yang akan saya ceritakan ini merupakan kejadian yang betul-betul memberi kesan mendalam. Kejadian pertama terjadi ketika sepupu saya datang ke rumah untuk menziarahi Ayah yang sakit. Anak-anak sepupu saya memanggil Ayah dengan panggilan Tok Cu. Salah seorang anak saudara saya bermain di bilik Ayah. Tiba-tiba dia senyapkan diri dan mula memanggil Ayah, "Tok Cu sini kejap..."Ayah "Ya sayang, ada apa panggil Tok Cu?" "Tok Cu, siapa orang kat luar tingkap tu? Kita nampak ada kepala orang lalu lah kat situ..."Ayah cuba tak nak takutkannya hanya berkata, "Ehhh... Tak ada apa-apalah, pergi main kat luar bilik Tok..."Secara logik, rumah saya berada di tingkat 4, macamana boleh ternampak kepala di luar tingkap? Menjadi tanda tanya siapa atau apakah yang berada di balik luar tingkap bilik Ayah. Sumpah meremang bulu roma bila diceritakan oleh Ayah...********************************************************************************************Kisah kedua terjadi kepada kakak saya yang ingin ke tandas pada waktu malam. Ketika itu Ayah kerja malam, jadi Mak tidur seorang diri di biliknya. Selalunya bilik tidur utama akan ada bilik air, jadi pada malam itu, kakak saya bangun ke bilik Mak untuk buang air kecil. Apabila keluar dari bilik air dan membuka pintunya, pancaran lampu bilik air masuk ke ruangan bilik tidur Mak. Apa yang membuat kakak saya terkejut, dia ternampak seorang budak perempuan sedang menangis dan duduk mencangkung sambil menutup mukanya dengan kedua kakinya di atas tubuh Mak yang sedang nyeyak tidur. Allahu Akbar! Kakak tersentak dan mula rasa marah ingatkan kakak saya yang lagi satu kerana susuk tubuhnya seakan sama sepertinya. Dia pun cepat-cepat mematikan lampu bilik air dan beredar dari situ. Dalam keadaan cemas, dia bergegas untuk periksa samada kakak saya yang lagiu satu ada ke tidak di tempat tidurnya, sebab dia pasti itu susuk tubuh kakak saya. Apabila sampai ke bilik, kakak saya yang lagi satu sedang nyenyak tidur. Persoalannya, siapakah budak perempuan itu?********************************************************************************************Kisah yang terakhir kisah saya sendiri di dalam rumah yang sama. Saya pula yang terkena gangguan. Saya tidak pasti itu hanya khayalan atau ilusi saya sendiri. Ketika itu saya sedang mengalami demam panas. Saya berehat dan tidur di bilik Mak. Saya baring menghadap laluan ruang tamu ke bilik Mak, jadi saya menghadap laluan gelap itu. Semasa itu saya tidak pasti di mana keluarga saya pergi, tetapi keadaan masa itu pagi dan sunyi sangat-sangat. Apabila terbangun dari tidur, meremang bulu roma saya ternampak seorang budak yang kurus kering tapi dalam keadaan berbogel dengan mata hitam, lidah terjelir, mulut yang ternganga terbang dari atas siling rumah menuju ke arah saya. Yang pasti jelas saya lihat dan bukan bermimpi. Apa yang saya nampak saya menceritakan pada ahli keluarga. Kesemuanya tidak percaya dan menganggap ia semasa kami ingin pindah dari rumah itu, barulah seorang bekas jiran memberitahu bahawa rumah yang saya huni itu pernah ada kes. Kisahnya dua orang kanak-kanak berbangsa Cina terbunuh semasa rompakan berlaku, mungkin kes khianat, tetapi yang pasti dua orang budak, lelaki dan perempuan terbunuh semasa kejadian. Bekas jiran kata keluarga kami yang paling lama bertahan duduk selama belasan tahun. Bekas jiran saya tidak memberitahu kami pada asalnya sebab mereka nak tengok berapa lama kami bertahan. Dia kata bekas jiran yang lain semuanya tabik keluarga kami kerana sebelum kami, penghuni lain di rumah lama ini hanya bertahan selama tiga tahun sahaja paling lebih...Terima kasih dan Selamat Malam Seram!

Search Cerita Tentang Pengalaman Belajar Di Rumah. Cerita Belajar Pengalaman Rumah Di Tentang . nxv.affitti.catania.it; Views: 29083: Published: 1.08.2022: Author: nxv.affitti.catania.it: yang ada cita-cita nak buat bisnes ni nanti boleh belajar satu dua perkara dari pengalaman saya nanti. Pernah pensyarah aku cerita dulu, dia pernah Ada pepatah mengatakan, rumahmu adalah istanamu’ istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan betapa megah’ rumah yang kita huni, megah yang dimaksud bukan perkara berapa luas bangunan atau tanah yang kita punya. Melainkan cerita tentangnya. Rumah, sebuah kata sederhana yang menyimpan cerita – jauh lebih megah dari luas rumah kita sendiri. Pertama-tama saya ingin memperkenalkan rumah yang saya huni sekarang. Saat ini saya masih tinggal di rumah orang tua, dulunya rumah ini sering dilewati oleh kedua orang tua saya semasa mereka memadu kasih. Rumah ini menjadi saksi bagaimana kisah dua insan manusia yang melanjutkan cerita cinta dalam satu bahtera rumah tangga. Rumah ini menyimpan banyak kenangan bahkan sebelum saya hadir di dunia, mungkin wujud saya hadir dalam kata-kata yang menjadi doa yang kemudian digemakan kepada sang Pencipta. Saya percaya meskipun angin membawaku pergi’ mengutip lirik Jalan Dalam Diam’ entah kemana, rumah adalah sesuatu yang membawa kita untuk kembali. Dialog Dini Hari DDH lewat album ke 4 mereka berjudul Tentang Rumahku, mengingatkanku akan kenangan-kenangan indah yang pernah tercipta. Repertoar pun tersusun dengan rapi, track 1 dari album ini berjudul 360 mampu mengawali kita untuk lebih mendalami isi rumah dari DDH,’’Tertawalah tertawalah kawan / basuh basahi diri / luka biar terluka kawan / karam kering sendiri / bahagia gembiralah / jadikan kenangan / canda alam bersahaja,’’. Dalam album ini, DDH mengajak sejumlah nama seperti Kartika Jahja, Raol Wijffles, Ricky Surya dari White Shoes And The Couples Company, Aray dari Ray D’Sky, Guna Warma dari Nosstress, Yuvensisus Donny, serta Ocha & Vivi yang menyempurnakan 11 track di dalamnya. Rumah adalah tempat yang menemani kita hingga maut menjemput. Semuanya melebur menjadi satu untuk merawat kita dalam cinta. Berapapun luas rumah kita saat ini, tidak sebanding dengan cerita cinta keluarga yang terekam di dalamnya. Lewat album Tentang Rumahku, DDH tidak luput menyampaikan pesan kepada pendengarnya untuk mensyukuri alam dan budaya yang tidak dapat dipisahkan, beberapa liriknya seringkali membawa kita pada fakta kehidupan. Sesingkat apapun perjalanan, DDH dengan indah menyusun lagu penutup pada rumahnya’ dengan lagu The Road yang penuh semangat. Sampai-sampai menginspirasi empat anak muda untuk melakukan perjalanan Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores. Trio folk yang beranggotakan Dadang Pranoto, Brozio Orah dan Deny Surya berhasil membius pendengarnya untuk melakukan petualangan. Sedangkan saya terbius untuk menempelkan sepenggal lirik Tentang Rumahku di balkon rumah. Apapun yang menyenangkan atau menggairahkan dan karenanya bernilai estetik, dapat disebut indah. DDH pandai meramu tentang bagaimana memelihara rumahnya, rumah saya dan rumah kita semua. Karena rumah bukan semata-mata tempat berteduh, tapi sebuah tempat berproses untuk menemani perjalanan hidup seseorang dalam mencari makna hidup sesungguhnya. Seperti sudah terpatri, setiap manusia pasti memiliki insting yang memanggilnya untuk pulang. Karena rumah yang dibayangkan oleh DDH bukanlah artefak – seperti halnya benda mati tetapi rumah yang terus hidup. Tidak ada yang lebih indah, sebuah tempat persinggahan bernama rumah. Rumah yang selalu membuka dialog hingga dini hari menjelang. Tentang rumahku / tak akan goyah walau badai/mengamuk / seperti pohon jati akarnya / tertancap di poros bumi. Waswas donk kaya cerita saya yang diatas tau-tau no WA ada yang hubungin. Kebetulan Bang Doel hari sabtu 22 mei 2022 ikut kegiatan tentang keamanan ruang digital. Pembicaranya ada Andri Hutama selaku Presiden Direktur of ITSEC Asia dan Ani Berta dari ISB (Indonesia Social Blogger).
Salam semua, Akhirnya saya ada waktu untuk cerita panjang dan lebar di blog ini tentang proses bangun rumah. Ini pertamakalinya saya dan suami membangun rumah kami, bukan kompleks dan bukan rumah renovasi, tapi benar-benar membangun dari awal pondasinya. Lah trus kalau baru bangun rumah, selama ini tinggal dimana? hehehe pernah saya ceritakan sebelumnya di beberapa postingan saya yang sudah lawas, saya juga lupa postingannya mana HAHAHA. Jadi, sejak pindah dari Jakarta barneg suami, kami tinggal di sebuah kompleks di kelurahan barombong, sebenarnya perbatasan antara ujung Makassar sisi Barat daya dengan Kabupaten Gowa gitu, ahhaaha, jadi mau ke arah kota, dekat, dan mau ke rumah ummi di Gowa juga dekat. Kompleks ini tuh sebenarnya punya Papa saya, sebelum saya tinggali, sebut saja rumah B47, sebelum kami tinggali, rumah B47 ini dikontrak, dan pas papa tau kalau ayahzam sudah mutasi Makassar, dimintalah si pengontrak ini cari kontrakan lain, dan meminta kami untuk menempati rumah B47 ini. Katanya sih ya siapa yang anaknya duluan nikah, boleh tinggali di situ dulu, bukan dikasih. KWKWWKWKWKWK investasi orangtua sih ya hehe. Nah, 4 tahun tinggl di rumah B47, kami sebenarnya sambil terus ngomongin soal mau usaha apa, investasi apa? beli ruko di kota yuk gitu, buat studio foto dan cafe kecil-kecilan, tapi Yassalam mahal banget yaaaa ruko di tengah kota HAHAHAHA. Dan masalahnya juga ayahzam gak mau KPR-an, atau nyicil di bank, apalagi sampai masukin SK PNS ke bank, untuk ambil uang banyak sampai berbunga. Urung niat beli ruko dan buka usaha, kepikiran lagi untuk renovasi rumah B47 ini, trus ayahzam berpikir "Ini bukan rumah kita, rumah orangtua ini cuma dikasih hak tinggal, bukan hak milik," Ya iya juga sih, jadi ya dijalani lah kehidupan rumahtangga di rumah B47 itu selama 4 tahun lamanya. Saya sih nyaman tinggal di sana, gak jauh dari kota, kalau mau ke rumah ummi juga dekat, hanya saja, makin ke sini, kerjaan ayahzam makin padat, kadang pulang dini hari, harus dinas selama beberapa hari, kalau sudah begitu, sisa saya dan anak-anak yang stay di rumah. Mau minta adik atau sepupu nemani nginap juga gak bisa sering, kalau saya yang ke rumah ummi, kasian juga rumah keabaikan dan bibi Ida, ART kami nganggur, tp tetap harus dibayar bulannya hhihi, belum lagi kerjaan saya di komputer juga kan, komputer cuma ada di rumah. Ya mau tak mau harus tetap di rumah saja. Sampai suatu hari, entah gimana ceritanya, Papa langsung bilang ke Saya, "Kamu mau tinggal di sini? tuh di sebelah tanah kosong, banguni mi itu rumah... biar bisa dekatan, jadi kalau Daeng Nai'mu dinas luar, kamu aman di sini. Anak-anakmu juga aman dan nyaman sama kita ji" Di samping rumah papa memang ada tanah kosong, punya om, saudaranya ummi, yang dibeli Papa, dan kalau saya mau bangunin rumah, tanahnya jadi atas namaku deh katanya, HAHAHAAH. Saya dan ayahzam gak serta merta bilang iya. Panjang juga proses berpikirnya kami sih, apalagi soalan jarak, ini jauh kemana-mana. Kalau mau ke kantor, harus makan waktu kurang lebih 1 jam, kabupaten Gowa, yang jalan poros menu ke Kota Makassar. Kalau saya sih ya biasa, tapi ayahzam yang gak biasa, baginya masih jauh banget jaraknya. Bulan demi bulan, akhirnya sih ayahzam sendiri yang bilang, "Yuk sayang, bikin rumah di situ aja..enak, bisa dekat sama keluarga, kita sama anak-anak juga aman, saya pergi dinas jadi gak khawatir kalau kita sendiri di rumah." Ayahzam juga mungkin sudah merhatiin papa dan kakak sepupu yang meski kantornya sama di Makassar, berangkat kantor tetap dari rumah situ, rumah bonbir namanya. Jarak jadi gak masalah lagi, karena toh ada kendaraan, mau kemana-mana ya gampang aja, cuma musti dibiasakan aja waktu tempuhnya, prepare sejam sebelum berangkat biar gak terlambat ke kantor dan sebagainya. Tinggal di dusun bukan berarti gak bisa kemana-mana, buktinya semua keluarga pada kerja dan sekolah di Makassar juga D hehehe. Kayak saya dulu juga kan, sekolah sampai kuliah di Makassar terus, tapi tinggal di Gowa hihihi. PONDASI PERTAMA Akhirnya setelah memutuskan untuk membangun rumah, kami mulai datang ke Papa untuk mengiyakan, dan Papa langsung mau mulai mengosongkan laha, memangkas semua pohon-pohon, merapikan kandang-kandang, mindahin batu-batu dan lain sebagainya. Saya aja sampai heran, secepat itu gerakannya hahahahha sampai hari Ahad, saat saya mau otw ke resepsian teman, dipanggil untuk ala-ala ritual gitu, tradisi keluarga katanya kalau baru pertamakali mau bangun rumah, diminta tanam kendi yang di isi gula merah, daun-daun yang dinamakan daun "barang-barang" bahasa makassar, kelapa, dan sebilah kayu. Setelah ditanam, saya dan ayahzam suap-suapan onde-onde D "Supaya te'ne-te'ne ko dalam rumah" kata tanteku yang artinya secara harafiah, supaya kita betah dan harmonis dalam rumah, reski selalu ada, aman dan terjaga dari hal buruk. Jadi ini semacam upaya membangkitkan jiwa batin calon penghuni rumah agar rumah yang akan dibangun ini bisa megantarkan penghuninya mendapatkan cahaya penuntun sehingga tercipta keluarga harmonis sakinah mawaddah wa rahmah. Aamin ya. jadiin doa aja. heheheh Setelah selesai, baru deh para om saya ngeberesin lahan itu sampai bener-bener kosong dan siap dibangunin pondasi, dan jelas saja, Ayahzam dan papa langsung sibuk gambar-gambar denah rumah. Tentang denah rumah ini sebenarnya gak terlalu gimana amat, ngikutin model dan ukuran tanah aja, yang jelas saya sih cuma pesan sama ayahzam, maunya model jadinya nanti begini, begitu, dapurnya maunya gini, dan lain sebagainya. Sisanya, urusan ayahzam dan papa, saya malas mikir ahahahahahah. Soalnya banyak banget loh yang mau dipikirin kalau pertama bangun rumah. kelistrikan, air, pipa, atap dan lain sebagainya. Alasan saya gak pakai arsitek, karena saya punya arsitek, PAPA hehehehe. yang sudah malang melintang puluhan tahun bergerilya dengan bangun membangun rumah, rumahnya sendiri HAHAHAHAAH. Papa se semangat itu menggambar denah berdua dengan Ayahzam, jadinya gak enak menghalau mereka dengan bilang "udah ah pakai arsitek aja" hhehe. DINDING BANGUNAN Setelah pondasi dibuat, diisi lagi dengan tanah kan tuh, setelah selesai, kami tidak langsung mendirikan bangunannya, Desember ke Maret, alhamdulillah pondasi sudah terbangun. Kami menunggu sampai bulan Juli-Agustus baru deh tukang mulai nancapin tiang, pasang besi, cor, dan batu bata, sampai bangunan berdiri. Kalau di Gowa sini, kami menggunakan bata merah tentu saja. Ini yang bikin lama juga sih sebenarnya rangka bambu untuk tukang manjat dan bekerja sampai atas hihihi jadi rangka bambu juga masuk budgeting, gak cuma semen dan batu bata ternyata. hihihiw. Untuk pembahasan budgeting nanti ku bahas terpisah ya. Nah selama pembangunan ini yang ngawasin langsung adalah papa saya, sementara pembangunan saya, suami, dan anak-anak masih menetap di rumah B47, berbagi kabar dan prosesnya selalu dari papa gak pernah apha mengabarkan lewat WA, kalau ada yang kurang atau ada yang mau ditambahkan selalu WA dulu. Semuanya sudah saya percayakan lah, termasuk urusan tukang. Kordinasi tukang pun lewat papa dan ummi langsung, karena tukang yang kami pekerjakan itu tukang yang kami kenal, kampung sebelah dan beberapa termasuk keluarga dan kerabat. Alhamdulillah drama sama tukang tentang pembangunan ini hampir tidak ada. Lanjut kerjaan plesteran yang volumenya dua kali dari volume pasangan bata. Lalu masuk ke kerjaan kusen, pintu, dan jendela. Pemasangan kusen-kusen pada sisi-sisi dinding tertentu untuk akses keluar masuk maupun hawa udara. RANGKA ATAP Cakupan pekerjaannya berupa pemasangan rangka atap kuda-kuda, gording, nok, kaso & reng, kalau diperlukan ditambah alumninum foil jika perlu dan pemasangan genteng beserta aksesories-nya. Rangka atap yang saya pakai adalah baja ringan. berkesinambungan juga ke soal plumbling, mekanikal dan elektrikal Item pekerjaannya adalah pemasangan toilet, wastafel, bath up, pemanas air, kran. Gak ketinggalan juga pemasangan instalasi air bersih dan air kotor. Kemudian pemasangan jaringan kabel listrik, kotak sekring, saklar, titik-titik lampu penerangan, dan sejenisnya. Selama pembangunan saya hanya sesekali mengunjungi, paling 2-3 kali dalam semminggu, penasaran liat hasilnya gimana, sudah sampai dimana? kalau bentuk model rumah dan area-areanya, jujur saya ga terlalu ambil pusing sih, yang penting sih teras dan look depan rumah, HAHAHHA. Trus juga seringnya di telpon, "sudahmako beli pintu? model bagaimana kau mau? cepat bawa ke sini maumi di kerja..." "Gagang pintumu, manami? maumi dipasang!!" "Kran air yang mau kau pake, bawa cepat..." Namanya bangun rumah dari nol ya pasti ada yang gak sesuai dengan pemikiran, tapi tetap bisa kompromi sih gak begitu jauh-jauh amat lah ya. Kalau dari saya ya, kalian harus coba untuk pahan beberapa hal ini Mengambil keputusan Kamu akan banyak dituntut untuk mengambil banyak keputusan AHAHAHAHA. apalagi harus cepat soalnya takut tukangnya bakal pergi kerja ditempat lain dan kamu bakal nunggu lama skali untuk dapat tukang sebagus yang dipilih. Mengeksplorasi dari segala sisi Jangan mudah puas dengan rencana pertama, pikirkan segala sisi yang mungkin terjadi sampai kamu benar-benar puas pokoknya dengan hasilnya. Menyisir hingga tuntas Jika kamu memang sudah berniat membangun rumah sendiri, maka terjunlah secara total dan libatkan diri dalam pembangunan, mulai dari hal yang paling dasar sampai finishing terakhir. Kalau saya sudah mempercayakan suami dan papa dibagian dasar, ya kalau soal finishing semuanya saya yang nangani pemilihan bahan dan material nya. LUAS BANGUNAN Yang paling sering ditanyakan ke saya ini, luas nya berapa nih bangunannya? heheheh.. Pernah sudah dikasih tau sama ayahzam tapi saya lupa, jadi langsung abadikan di blog aja ya katanya luasnya ini, Lebar 15meter X panjang 10 meter X tinggi 4,5 meter kurang lebih segitu. Kalau ada yang bilang wow luas banget, beneran luas dua kali lipat dibanding rumah B47 kompleks yang tipe 45 yang saya tinggali kemarin. Sebenarnya saya ga perlu amat rumah luas, tapi kalau tanah adanya segitu ya disyukuri aja, hehe kalau mau dibaguni setengah aja juga sayang tanahnya sisa dikit gitu, jadi ya dibanguni semua aja. Diingatkan lagi ya ini bukan di tengah kota, tapi di dusun, Kab Gowa desa Panakkukang. Namanya tinggal di desa, memang luas-luas tanahnya, berbeda tentunya kalau di kota. Semua ada plus minusnya kan ya, tinggal value dari perkeluarga masing-masing aja memilih, inginnya dimana, nyamannya dimana? Kalau saya nyaman dekat dengan keluarga, saya selalu suka suasana yang ramai dengan keluarga, ngumpul bareng, makan bareng, cerita bareng, dan semuanya yang gak saya dapati kalau tinggal di kompleks. So, yaaaa segitu dulu ya cerita tentang bangun rumah pertamakali di keluarga kecil kami, saya sih selalu ingat pesan ummi, "Biaya bangun rumah itu seumur hidup loh, harus terus disiapkan budgetnya" hehehehee jadi "belajar nabung" HAHAHA. jadi, dari masih tanah sampai bangunan rumah kami berdiri itu memakan waktu Desember 2017 sampai Agustus 2019 makan waktu kurang lebih 1 tahun 8 bulan
ApakahAnda mencari gambar tentang Cerita Tentang Halaman Rumah Yang Bersih? Jelajahi koleksi gambar, foto, dan wallpaper kami yang sangat luar biasa. Gambar yang baru selalu diunggah oleh anggota yang aktif setiap harinya, pilih koleksi gambar lainnya dibawah ini sesuai dengan kebutuhan untuk mulai mengunduh gambar.
Saya sebetulnya kangen dengan cerita-cerita horor jadul yang nuansanya benar-benar ekstrem. Kebanyakan cerita-cerita horor yang saya dengar mungkin bisa dikatakan kurang greget. Karena memang banyaknya hanya cerita sebatas suara-suara saja, atau sekalipun penampakan pun bukannya membuat saya merinding tetapi malah membuat saya skeptis. Entah penampakan yang ia lihat itu asli atau cuma paranoid. Kemudian saya memiliki teman yang pernah mengerjakan sebuah proyek IT bersama. Dan seingat saya, saya belum pernah mengulik database cerita horornya. Begitu malam itu saya mengorek-korek dan sedikit memaksa dia agar bercerita horor, ternyata yang saya dapat justru di luar dugaan saya. Bagi saya, ceritanya layak untuk saya publikasikan. Sebut saja namanya Ahmad. Jadi ini tentang cerita rumah di masa kecilnya yang kini sudah dipugar. Sebagai gambaran, rumah Ahmad adalah sebuah rumah keluarga besar dengan taman terbuka di tengahnya. Rumah Ahmad hanya satu lantai, namun memiliki pekarangan depan dan belakang yang luas. Terakhir rumahnya memiliki pagar besi tinggi tertutup, tetapi ada celah horizontal di tengahnya. Jadi dapat sedikit terlihat teras depan dari luar. Ini kejadiannya awal tahun 2000-an. Di suatu sore menjelang magrib, di rumah hanya ada ibunya Ahmad dan adiknya. Adik Ahmad yang masih kecil duduk di pekarangan belakang rumah memanggil-manggil ibunya yang sedang berada di dapur. “Ibu, bu… itu kok ada bantal guling di pager…?” Saat ibunya mendatangi sang adik, ia melihat anaknya tengah menunjuk ke pagar belakang, memperhatikan sesuatu yang ia sebut sebagai guling tersebut. Ibunya langsung tanggap saat menyadari langit yang sudah mulai gelap. Ia langsung menggendong dengan ketakutan sang adik dan tidak berani melihat ke pagar. Adik Ahmad yang masih dapat melihat ke pagar saat digendong, masih berkata-kata. “Gulingnya ada dua…” Di suatu hari yang lainnya, kali ini siang hari. Ibunya Ahmad sedang menidurkan keponakan Ahmad yang masih sangat kecil di atas tempat tidur. Keponakannya itu sudah dapat berbicara dengan kata-kata yang sangat terbatas. Saat sedang menepuk-nepuk dan mengelus-elus si ponakan agar tidur. Sang keponakan tiba-tiba menunjuk ke atas. Telunjuknya berputar-putar seolah mengikuti apa yang sedang ia lihat di langit-langit. “Ittu… di ataasss…” Sedikit kata diucapkan oleh si keponakan dengan nada datar. Si Ibu berhenti menepuk, merinding. Langsung saja ia dekap si keponakan dan membawanya keluar kamar. Lalu apakah Ahmad sendiri pernah melihat sesuatu? Ia menjawab mungkin, tetapi ada satu hal dari ingatan masa kecilnya yang begitu menempel hingga sekarang. Jadi sewaktu Ahmad yang masih kecil ini digendong oleh ibunya di sore hari menjelang magrib di teras depan, Ahmad melihat ayahnya pulang kerja dari pagar depan, namun masuk rumah lewat pintu samping. Sebuah ingatan yang kuat dari Ahmad adalah, ada sesuatu yang mengikuti ayahnya pulang hingga masuk ke pintu samping. Kemudian Ahmad bertanya kepada saya, “Mas Nanda, tahu kuda lumping?” Saya mengangguk, “Iya, tahu.” Ahmad menjawab, “Itu yang mengikuti ayah saya mas. Sesuatu mirip kuda lumping, warnanya hitam, tapi kepalanya aja.” Saya agak bingung, “Maksudnya ada jin tanpa kepala menunggangi kuda lumping yang ngikutin ayahmu atau gimana?” Ahmad membalas, “Bukan, kepala kudanya aja. Warnanya hitam.” Kemudian di masa kecilnya, Ahmad kerap dipukuli oleh ayahnya jika pulang main tepat menjelang magrib. Maka dari itu, Ahmad kecil ketakutan jika di atas jam lima sore ia belum tiba di rumah. Di belakang rumah Ahmad ada tanah lapang warga yang biasa dipakai oleh anak-anak main sepak bola. Hari itu, Ahmad begitu asyik main bola. Saat hari sudah gelap, ia melihat ke celah pagar, was-was jika ayahnya sudah pulang kerja. Ia melihat dari lapangan, ada ayahnya sedang berjalan mondar-mandir seperti menunggu Ahmad pulang, siap memukulinya. Terlihat ayahnya memakai celana pendek yang biasa ia kenakan. Ahmad yang ketakutan langsung meninggalkan lapangan, masuk lewat pintu samping. Ia mandi, dan keluar. Ia mendapati kakeknya sedang duduk-duduk di luar. “Ayah mana, Kek?” Ahmad bertanya. “Belum pulang.” Jawab kakeknya. “Tapi tadi Ahmad lihat lewat pagar, Ayah lagi mondar-mandir di halaman. Celananya ingat banget kok itu punya ayah. Siapa lagi yang pakai?” “Salah lihat kali.” Kakeknya menjawab dengan tenang. Benar saja, ayahnya baru pulang setelah magrib. Padahal Ahmad yakin, ia melihat ayahnya lewat celah pagar dari luar, celananya sama persis dengan yang dipakai oleh ayah. Tetapi karena celah pagar hanya sepinggang orang dewasa, apa mungkin yang Ahmad lihat hanya celana ayahnya saja yang melayang mondar-mandir di balik pagar? Masih ingat cerita keponakan Ahmad yang menunjuk-nunjuk langit-langit kamar seakan melihat sesuatu? Keponakan tersebut adalah anak dari bibi Ahmad yang juga tinggal satu rumah. Sewaktu hamil, bibinya Ahmad pernah di sore hari menonton televisi, setengah berbaring di sofa. Ia melihat suaminya pulang, masuk ke rumah. “Udah pulang nih?” Suami bibi Ahmad terus berjalan menuju kamar, seperti tidak mendengar pertanyaan sang bibi. Pintu kamar tertutup, sang suami berjalan masuk ke dalam pintu, seolah menembus. “Pelan-pelan dong, masa pintu ditabrak begitu!” Ucap bibi Ahmad, dengan polosnya. Bersamaan ia kembali melihat ke arah televisi, ia melihat suaminya baru pulang dari pintu depan. “Kok, pulang lagi? Itu tadi yang jalan nembus pintu siapa?” Semenjak itu, bibi Ahmad ketakutan. Dan parahnya, setelah melahirkan ia yang dapat dikatakan paling sering menerima gangguan oleh… kalian sudah tahu. Dari berbagai gangguan, ada satu gangguan yang cukup parah. Pukul 4 pagi, menjelang subuh, bibi Ahmad terbangun ingin buang air kecil. Sebenarnya di samping kamarnya ada kamar kecil, namun ia entah kenapa memilih kamar mandi yang di seberang taman. Jadilah ia memutari rumah yang mana sebenarnya ia mengitari juga taman yang dilingkari oleh rumahnya. Saat selesai buang air, dengan mata yang masih sangat mengantuk, ia menengok ke arah taman. Ia melihat lampu taman ada dua. Padahal seingatnya lampu taman hanya ada satu di tengah taman. Ini sekarang ada dua lampu taman, yang satu kuning, dan yang satunya merah. Bersebelahan. Penasaran, ia mendatangi kedua lampu taman tersebut, mendekatinya. Yang satu benar lampu taman. Namun yang satunya… Yang satunya, yang berwarna merah, itu adalah pocong, dengan wajah yang sangat berantakan. Menyadari itu, bibinya langsung sadar seketika, namun justru tubuhnya menjadi terkunci. Ia tidak dapat bergerak dan berteriak. Hanya menatap pocong merah yang sedang mengangguk-angguk di depannya. Hingga beberapa saat, pocong tersebut melayang dan mulai terbang dengan cepat dan menghilang. Barulah bibi Ahmad dapat teriak dan berlari sekuatnya. Kemudian di malam lainnya, bibi Ahmad melihat seseorang memakai baju putih, tidak jelas siapa, sedang duduk di atas pohon sambil goyang-goyang kaki. Terakhir adalah pembantunya, yang ditinggal di rumah sendirian karena keluarga Ahmad sedang ada acara di luar sekeluarga. Sore itu, sang pembantu sedang menutup-nutupi gorden kamar satu persatu, ia melihat seorang gadis berbaju pink yang ia tidak terlalu kenal masuk ke dalam kamar adik perempuan Ahmad. “Neng, udah pulang?” Tanya sang pembantu. Tidak ada jawaban. Akhirnya sang pembantu masuk ke kamar sang adik dan tidak menemukan seorang pun. Padahal tadi ia dengan jelas sekali melihat seorang gadis yang mirip adik Ahmad masuk ke kamarnya. Ia kemudian pelan-pelan menunduk dan memeriksa kolong kasur. Kosong. Setelah itu ia pelan-pelan memeriksa belakang lemari… Kosong juga. Akhirnya ia sadar jika keluarga Ahmad sedang bepergian seluruhnya dan ia sendirian. Ia akhirnya teriak dan meninggalkan rumah saat itu juga. Saat keluarga Ahmad pulang, sang pembantu mengadu kepada orang tua Ahmad tentang gadis itu. Tiba-tiba ibunya Ahmad menyahut, “Jangan-jangan itu tuh yang sama juga kayak waktu itu.” Lalu ibunya Ahmad bercerita bahwa waktu itu suaminya, yakni ayahnya Ahmad, pulang larut malam. Dan waktu itu keluarga Ahmad sedang tidak memiliki pembantu dan memang sedang mencarinya. Saat masuk ke rumah, ayah Ahmad bertanya jika sudah dapat pembantu. Ibunya Ahmad menggeleng. Ayahnya Ahmad kembali bertanya, “Terus itu tadi ada mbak-mbak pakai baju pink pakai celemek lagi nenteng keranjang pakaian masuk ke kamar belakang itu siapa?” Inilah mengapa saya sangat menyenangi cerita-cerita horor jadul…
Banyakurusan yang perlu diselesaikan untuk proses pembelian rumah. Antara yang saya ingat selain urusan lawyer, adalah penilaian rumah. Untuk urusan nih x ada pilihan, kami menggunakan panel yang bank telah tentukan. Pihak valuer akan datang ke rumah untuk membuat penilaian dan mengambil gambar.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kehidupan adalah tentang melakukan milyaran perjalanan yang terkadang diantaranya tak memiliki arah yang jelas. Dalam setiap perjalanan, seseorang pasti pernah merasa salah jalan dan takut tak mampu kembali ke jalan yang seharusnya. Ia kemudian berhenti di satu titik persimpangan, mengemban sejuta keraguan dibenaknya. Kemana lagi arah yang harus kuambil? Atau mungkin, lebih baik jika aku kembali ke awal? Tetapi perjalanan hidup adalah tentang menemukan akhirnya, tanpa bisa memutar jalan dan pulang ke hidup adalah tentang permainan waktu, dimana kita sebagai manusia biasa hanyalah bisa mengandaikan langkah kedepan tanpa diberi kesempatan untuk mundur satu langkahpun. Pun pula hal itu terjadi pada perjalanan hidup dalam menemukan cinta abadi. Cinta yang dipercaya sebagai suatu kesempurnaan rasa yang bahkan tidak memiliki makna yang pasti. Aku pun sebagai seorang manusia, berjalan menyusuri setiap persimpangan yang ada dalam perjalanan ini. Menanyakan arah kepada setiap denting takdir, hingga singgah dalam rumah-rumah semu yang kilaunya pernah mematikan nalar. Dan kala itu, di persimpangan nan sunyi, aku menemukan sebuah rumah sederhana dengan kehangatan mentari menyinarinya. Hatiku luluh, langkahku tanpa ragu memasuki rumah itu dan enggan untuk beranjak meneruskan perjalanan. Pikirku, rumah ini sudah begitu memabukkanku, lalu untuk apa perjalanan itu? Ini cukup untuk menjadi akhir untukku, bisik hatiku saat itu. Begitu nyamannya menepi dalam lautan fana, aku lupa bahwa perjalananku belum usai. Singgahku hanyalah menunda akhirku, tetapi mau bagaimana lagi? Tubuhku telah begitu nyaman berbaring di setiap larik manis dan senyuman maut yang tergelar. Ketika aku begitu lelap dalam tidur, kesederhanaan itu beranjak. Katanya, ia telah menemukan penghuninya yang sebenarnya. Aku bergeming pada tarikan nafas pertamaku, melihat bagaimana rumah yang aku kira sebagai akhirku kini telah lenyap dan meninggalkanku dalam kesunyian. Atmosfir yang begitu dingin, membekukan jiwaku pada tempat yang begitu asing. Aku telah kehilangan persimpangan terakhir yang kutinggalkan dulu, kini semuanya terlihat semu dan langkahku tertanam dalam menutup kedua mataku, mengosongkan segala pikiran mengenai luka yang saat ini membuat tubuhku tak mampu lagi untuk bergerak. Setelah lama, keberanian berhasil menyelimutiku dan membisikkanku untuk terbangun dan kembali melihat hidup. Disana, aku kembali melihat persimpangan itu. Persimpangan yang dulu kutinggalkan, persimpangan yang seharusnya mampu membawaku kepada akhir yang sebenarnya. Kedua sudut bibirku tertarik perlahan, menyerbakkan senyuman dalam setiap semilir angin yang melalui. Kakiku kembali melangkah mendekati persimpangan yang telah lama aku cari dan terus melangkah melewatinya. Hingga aku tiba disini, diatas sebuah batu besar nan tinggi yang mampu membawaku kepada pandangan yang lebih luas atas seluruh jalanan yang ada. Aku melihatnya, rumah yang begitu familiar bagiku dan ia telah berpenghuni. Air mataku turun begitu saja, tetapi hatiku telah tersenyum lebar. Aku tidak memerlukan rumah itu lagi, karena rumahku ada dalam diriku. Perjalanan cinta abadiku adalah tentang bagaimana aku menemukan rumah bagi diriku sendiri, yang tidak akan pernah hilang. Karena selama aku ada, maka diriku pun utuh. Lihat Diary Selengkapnya
CeritaRumah Teni: Awal Cari Rumah di Bekasi, Ganti ke Cibubur Cari Perumahan yang Asri Saat menuju rumah kakaknya, Teni melintasi sebuah perumahan di Cibubur yang terlihat cukup asri. Ia mulai menimbang untuk mendatangi kompleks perumahan tersebut. Saat mulai mencari rumah kedua, Teni tidak menargetkan harus cepat mendapatkan rumahnya.
Writing up to describe my house in essay is somewhat a tricky yet interesting task. However, writing few lines, 10 or more sentences, is always required by Ukg kids in school. But, in some cases students are required to write short & long essay and paragraph on topic my sweet home, my dream home or my house essay in best descriptive words. The essays on this topic are always the common essay topics in exams. Therefore, we have tried to write down the best Essay on My Home For Children & Students with quotes and images. Introduction House is not just a building. It is a place where we live with our family. It is our entire happiness of life. We share our sorrows, grief, happiness and joys under same roof. It is the most peaceful place on earth for any person. Almighty has blessed me with sweet home. A home is where mom is. It is no less than blessing to live with your family and siblings. There are a lot of homeless people in the world. I always believe house is one of the beautiful blessings of Almighty. >>>>>> Read Also 10 Lines & Short Essay on My School Bag for Students Describing My House in Essay I live in a small town. It is about ten kilometers from main city and very peaceful place. My house is at left corner of town. It is small house with three bedrooms. There is also bathroom and kitchen in my house. There is also a TV launch at my house. Our whole family sits together at night and watch TV serial. It is very special watching television together. My mother has maintained my house very beautifully. She always keeps it clean. She is always busy in doing household work. She is very fond of keeping her house clean and my little sister also helps her in her work. My elder brother is fond of gardening. He has grown many flowers of different colors in our house. These flowers present very pleasant look to our house. He has also maintained a small lawn at house. Greenery is very refreshing and it is very peaceful for mind and soul. My father often enjoys his evening tea in this lawn. This small house is very important for every member of the house and every person is happy in it. My house has all the necessary facilities. It has electricity supply and water supply. Home is the blessing of God My house is no less than a blessing. It is surrounded by lovely people. My relatives live in our surrounding and we often share our delicious dishes as well as other matters with each other. I am blessed that I am protected by four walls and roof. We are two brothers and one sister at our house. I share my bedroom with my brother. We often help each other in studies and discuss a lot of matters. My father really works hard to maintain this house. There are a lot of homeless beings on earth and we should be thankful to Almighty for our house. House is a source of protection and peace. It does not matter whether it is big or small. It should be peaceful. I always find a lot of solace at my house to live with my loved ones. I always share my problems with my father and mother. I have very strong bonding with my brothers and sister. We also fight sometimes but we always enjoy a lot. My house is no less than paradise. There is no bigger happiness than living your life with loved ones and enjoying it. Conclusion House is one of the most important things in our life. Man is greedy and always wants more and more. A person who has house wants bungalow. The one who has bungalow wants palace and so on. It is not important to have a luxurious house but it is very important to have a peaceful house. >>>>> Read Also Essay on Why I love my Mom & Dad One should always try to make it beautiful my helping each other in house and loving each other. I am really thankful to Almighty for this blessing. My house is the most beautiful house of the world as I live in it with my loved ones. I enjoy my life a lot and forget all my worries when I enter my house. [sc_fs_multi_faq headline-0=”h3″ question-0=”1. What is the difference between a house and a home?” answer-0=”While technically speaking there is the visible difference between the house and home. The difference lies in understanding the terms of house and home. The house is more individual or personalized. It refers to a building or space where someone lives. While, the home, in contrast, is a general term. It is used in reference to a place of living, building or a specific locality where a person lives thinking it being a place of belonging or attachment. ” image-0=”” headline-1=”h3″ question-1=”2. Why is home so important?” answer-1=” Home is close to heart. It embodies our sense of true feeling and attachments to that specific place of living. The part of moments that we spend in our home becomes the crystal and eternal piece of our living. ” image-1=”” count=”2″ html=”true” css_class=””] Pertamakali saya tinggal di rumah baru, banyak hal yang membuat saya menyesuaikan dengan keadaan. Saya waktu itu baru memiliki satu anak usia satu tahun, belum punya asisten rumah tangga, kondisi rumah masih apa adanya alias ber antakan. Mengenai Saya. cerita rumahku Rumah sebagai tempat utk berbagi,tertawa,belajar, istirahat dengan

Atika Ayu Nurdiani kini berusia 24 tahun, masih muda dan memiliki rencana masa depan yang matang. Mimpinya memiliki rumah sendiri telah tertanam jauh sebelum itu, bahkan sejak masih awal duduk di bangku kuliahnya yaitu di tahun 2015. Perjalanan Atika dalam menyelesaikan kuliah sambil bekerja bisa dibilang tak mudah. Ia bekerja sambil kuliah di Universitas Budi Luhur, Ciledug, Tangerang. Namun siapa sangka dalam perjalanannya mengejar cita-citanya ia berhasil membeli sebuah rumah. Walau belum ditempati, namun Atika kini merasa lega. Sebuah rumah yang ia impikan sejak awal duduk di bangku kuliah akhirnya berhasil ia miliki. Rumah dengan luas tanah 72 m2 dan luas bangunan 36 m2 di kawasan Tigaraksa, Tangerang. Rumah yang ia cicil bersama calon suaminya. Mau punya rumah di sekitar kawasan Tangerang yang harganya masih terjangkau dan cocok untuk pasangan muda? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp500 jutaan di sini! Cerita Rumah Atika Masa Depan, Kehidupan Pernikahan, Jadi Motivasi “Wah, kepikiran beli rumah memang sudah lama. Keinginan untuk punya rumah sendiri itu muncul sejak jaman awal kerja sambil kuliah!” ungkap Atika. Walau belum tahu caranya dan kapan bisa terlaksana, tapi ia telah memformulasikan keinginannya tersebut. Atika memikirkan masa depannya, salah satunya jika ia menikah nanti. Ia bercita-cita jika sudah menikah tidak mau tinggal di rumah orangtuanya, atau pun di rumah mertuanya kelak. Hal inilah yang mendasari keinginannya untuk punya rumah sendiri. Ingin mandiri, menghindari konflik, hingga keinginan untuk mengatur biduk rumah tangga sendiri tanpa ada campur tangan pihak lain umumnya memang jadi motivasi atau alasan beli rumah bagi keluarga muda. Hal yang sangat positif jika alasan ini telah tertanam sejak dini. Dan lucunya ketika ditanya apakah Atika punya kekhawatiran atau mendengar cerita orang lain sehingga ingin langsung mandiri setelah menikah? Jawabannya ternyata justru tidak. “Pengalaman-pengalaman nggak enak itu biasanya malah saya lihat dari sinteron,” katanya sambil terbahak. Dengan target yang terukur, serta memprioritaskan cara mengatur keuangan, cita-cita untuk punya rumah sendiri jelas bukan mimpi. Apalagi jika rencana ini sudah diniatkan jauh-jauh hari. Jadi ketika tiba saatnya transaksi pembelian rumah, persiapannya benar-benar sudah matang. “Selain ingin tinggal di rumah sendiri saat sudah nikah nanti, saya punya alasan lain kenapa ingin beli rumah. Dari tips yang saya baca di laman panduan properti punya rumah juga artinya sekaligus punya investasi. Karena kalau tidak diinvestasikan tuh kayaknya uangnya habis begitu saja ya. Buat ngopi-lah, buat belanjalah,” tutur Atika. Cerita Rumah Atika Bekerja untuk Biaya Kuliah dan Tabungan Beli Rumah Atika, meskipun masih sangat muda tapi memang concern dengan masa depannya. Ia bekerja untuk membiayai kuliahnya. Ia membagi waktunya untuk fokus kuliah dan kerja, hingga lulus kuliah di tahun 2020. Tak hanya untuk biaya kuliah, Atika juga menabung sedikit demi sedikit untuk beli rumah, agar semua impian dan cita-citanya tercapai. Di masa itu, Atika pun sempat berpindah pekerjaan hingga tiga kali. Motivasinya untuk mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik terus dilakukannya. Ia sempat cuti kuliah setahun saat mulai pindah ke pekerjaan ketiganya. “Saya sekarang bekerja sebagai finance di Apartemen Altiz, Bintaro. Ini pekerjaan ketiga saya. Walau masih berstatus karyawan kontrak, namun gaji yang saya terima sudah mendingan,” kata Atika. Banyak cara yang ditempuh orang saat memiliki rencana untuk beli rumah. Sebut saja dengan melakukan pencarian atau browsing di situs properti mendatangi pameran properti, survei langsung ke lokasi, atau mendatangi kantor pemasaran properti. Namun sungguh beruntung bagi Atika, belum sempat melakukan pencarian rumah tapi dari kantor tempatnya bekerja ada program rumah murah yang ditawarkan untuk karyawan Jaya Real Property. Saat itu tahun 2019. Salah satu anak usaha dari Jaya Real Property membuat seminar di Bintaro Plaza, khusus mengundang karyawan-karyawan yang berminat untuk melihat presentasi perumahan baru, yaitu Grand Tigaraksa residence. Cerita Rumah Atika Masih Karyawan Kontrak Nekat Beli Rumah DP 0% “Jadi ini adalah program kantor yang ditawarkan ke karyawan-karyawan di bawah PT. Jaya. Pengembangnya datang dan kasih presentasi khusus buat kita para karyawan. Ya kalau di PT. Jaya sendiri kan perumahannya mahal-mahal ya, sudah di atas Rp 1milyar, kan berat,” ujar Atika. Harga rumah yang ditawarkan saat itu Rp214 juta, dengan DP 0%. Rumah masih indent yang akan langsung dibangun begitu proses pengajuan KPR disetujui. Karyawan yang berminat bisa langsung mendaftar dan akan dibantu segala prosesnya. Saat itu Atika mengaku tidak berpikir panjang lagi. Ia merasa bahwa ini adalah kesempatan emas. Walau masih karyawan kontrak, tetapi Atika merasa bisa mengusahakan untuk mencicilnya. Karena kapan lagi datang kesempatan seperti ini? “Saat presentasi itu, saya langsung diskusi dengan pacar. Ya jujur saja saat itu saya masih kuliah sambil kerja, cicilannya kan lumayan besar dengan kondisi saya jika harus menanggungnya sendirian. Tapi di satu sisi ini adalah kesempatan emas yang sayang jika dilewatkan,” papar Atika. Atika yang sudah menjalin hubungan dengan Tantyo Eko Prasetiyo sejak tahun 2016 memang telah menyamakan persepsi sejak awal. Tantyo saat itu juga bekerja sambil kuliah. Dan sudah merencanakan jika suatu saat akan membeli rumah bersama-sama. Keduanya merasa harus mengambil kesempatan yang datang belum tentu dua kali ini. Beberapa alasan mendasari keputusan mereka. Apalagi perumahan tersebut jaraknya cukup dekat dengan Stasiun Commuter Line Daru, hanya sekitar 10 menit waktu tempuh saja. Cerita Rumah Atika Patungan Cicilan KPR Rumah Bareng Pacar “Saya kalau ke kantor kan lintas provinsi. Nah posisi perumahan ini yang di Tangerang rasanya lebih dekat ke kantor. Kantor kan sangat dekat dengan Stasiun Pondok Ranji,” jelas Atika yang saat ini masih tinggal di rumah orangtuanya di Kemang, Jakarta Selatan, dan setiap hari ke kantornya di area Bintaro, Tangerang Selatan. Atika lalu memutuskan untuk mengambil promo tersebut dan mendaftar saat itu juga. “Dari kantor peminatnya ternyata hanya saya saja ha ha ha. Saya sendiri langsung saja daftar nggak pakai mikir,” gelaknya. Status karyawan kontrak tak membuatnya ragu. Atika tertarik karena telah mendapat penjelasan bahwa prosesnya akan dipermudah dengan bantuan dari kantor tempatnya bekerja karena masih dalam satu manajemen yang sama. “Pandemi COVID-19 membuat kantor saya untuk sementara waktu belum ada program pengangkatan untuk jadi karyawan tetap. Namun untuk proses beli rumah ini status saya dimasukkan ke golongan karyawan tetap,” jelas Atika. Persyaratan yang diminta juga dirasa Atika tidak sulit. Untuk langkah awal ia menyiapkan dokumen lengkap, seperti fotokopi KTP fotokopi Kartu Keluarga KK fotokopi NPWP slip gaji asli atau surat keterangan penghasilan minimal 1 bulan terakhir fotokopi rekening koran surat rekomendasi perusahaan. Setelah semua dokumen Atika diserahkan, lalu pihan bank melakukan survei dengan cara menelepon ke kantor Atika, juga melakukan konfirmasi ke manajernya. Hal yang ditanyakan adalah konfirmasi status karyawan serta besaran penghasilannya. Dalam satu bulan pengajuan KPR Atika pun disetujui. Atika mengambil tenor cicilan 20 tahun. Walaupun beli rumah atas nama Atika, tetapi dari awal ia sudah sharing cicilan KPR dan biaya-biaya tambahan lain pada proses akad rumah tersebut bersama Tantyo, pacarnya. “Kita patungan mulai dari awal biaya-biaya tambahan seperti biaya akad, biaya AJB, dan surat-surat lainnya yang harus dibayar cash,” jelas Atika. Cerita Rumah Atika Kawasan Hunian Prospektif di Masa Depan Proses beli rumah yang serba cepat ini membuat Atika tak sempat survei langsung ke lokasi. Patokan Atika dari penjelasan dan informasi yang didapat adalah perumahan ini dekat dengan Stasiun Daru, sehingga nantinya akan memudahkan mobilitasnya. “Sebenarnya waktu pertama kali ke sana itu kaget, karena pas masuk area perumahan suasananya sepi. Jadi saya pas ngeliat tuh kaget, kok kayak suram. Tapi mulai ke area belakang eh udah rame. Banyak yang udah nempatin, warganya juga ramah-ramah” papar Atika. Deretan rumah area depan yang dilihat Atika tersebut merupakan pembangunan gelombang 1 yang dilakukan pada tahun 2013. Banyak yang membeli rumah untuk investasi namun tidak ditempati jadinya sepi. Area perumahan ini sendiri berada di dekat kantor Pemerintahan Daerah, areanya sudah modern dan kian ramai. Berbagai fasilitas seperti ATM dan mini market juga mudah ditemui. Tigaraksa sendiri adalah sebuah kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten Tangerang. Dan berdasarkan potensi kawasannya, Atika percaya bahwa kawasan Tigaraksa ini dalam beberapa tahun ke depan akan jadi kawasan hunian prospektif. Semakin banyaknya proyek perumahan baru yang dibangun di kawasan ini menandakan bahwa banyak pemburu properti yang mulai mengincar rumah di kawasan ini. “Sempat kaget sih pas awal-awal ke sana Tigaraksa, karena banyak truk-truk besar. Makanya kalau ada rejeki ingin nantinya punya kendaraan roda empat supaya lebih aman,” tutur Atika. Dan dalam tiga bulan setelah akad, rumah Atika pun selesai dibangun. Cerita Rumah Atika Mulai Bisnis Online Demi Ringankan Cicilan KPR Setelah rumah berdiri namun ternyata belum bisa dihuni karena belum ada air. Pihak perumahan memang menyediakan pompa, namun pembeli diharapkan mengebor sumur sendiri. Selain itu masih ada beberapa hal lagi yang perlu Atika benahi agar rumahnya nyaman untuk dihuni. “Kita belum ada uang untuk renovasi rumah saat ini karena sedang fokus untuk acara pernikahan dulu. Rencananya kita menikah di bulan Juli tahun ini, 2021,” kata Atika. Setelah menikah, ia menargetkan satu bulan untuk beberes. Mulai dari mengebor sumur, mengisi furnitur, pasang wallpaper, dan membuat dapur di area belakang. Atika merasa rumah ini merupakan wujud dari impiannya selama ini. “Lega banget berhasil beli rumah ini. Saya ingin mendekornya sendiri dengan warna serba putih yang estetis. Apalagi di depan dan bagian belakang ada halaman,” ujarnya dengan binar mata bangga. Tanya Tanya ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami Bagi Atika, membeli rumah adalah sebuah perjuangan. Setelah proses KPR disetujui, Atika langsung memutar otak bagaimana ia bisa mendapatkan uang tambahan untuk meringankan cicilan KPR tiap bulan. Sejak saat itu, ia menjadi re-seller dan memulai bisnis online shop yang menjual produk skincare lokal dengan nama akun maskerku_jkt yang bisa ditemui di Instagram juga Shoppe. “Saya mikir kalau mengandalkan gaji saja saya bakal ngos-ngosan. Jadi habis beli rumah, saya langsung mikir untuk memulai usaha walau kecil-kecilan,” ungkapnya. Sempat pula ia terpikir untuk menyewakan rumah tersebut, namun belum ada yang mau karena dirasa lokasinya jauh. Melihat keberhasilan Atika membeli rumah di usia muda, orangtuanya pun ikut senang dan bangga. “Kata ibu, ketika saya pindah nanti mau dibikinin pengajian, selametan,” tutur anak pertama dari dua bersaudara ini menutup perbincangan. Itulah cerita tentang impian Atika punya rumah sendiri sejak awal duduk di bangku kuliah. Impian yang berhasil diwujudkannya dalam usia yang masih sangat muda. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah. Hanya yang percaya Anda semua bisa punya rumah Teks Erin Metasari, Foto Zaki Muhammad

.
  • llc3v7vdzh.pages.dev/250
  • llc3v7vdzh.pages.dev/351
  • llc3v7vdzh.pages.dev/335
  • llc3v7vdzh.pages.dev/364
  • llc3v7vdzh.pages.dev/74
  • llc3v7vdzh.pages.dev/262
  • llc3v7vdzh.pages.dev/241
  • llc3v7vdzh.pages.dev/43
  • llc3v7vdzh.pages.dev/45
  • cerita tentang rumah saya